
Bondowoso- Dua ahli nutrisi ternak dari Queensland Gatton, Australia dan Universitas Jember berkunjung ke kelompok ternak Mitra Subur, desa Karang Anyar, kecamatan Tegalampel, Selasa (24/7). Dua ahli nutrisi tersebut adalah Prof. Danis Poppi dan Doktor Caren Harlter.
Kehadiran dua ahli nutrisi ini didampingi oleh Profesor Ahmad Subagio dari Universitas Jember.
Profesor Ahmad Subagio mengatakan, kedatangan dua ahli nutrisi ini bersama Unej ke Bondowoso untuk mengembangkan kemampuan petani dalam hal memproduksi pakan ternak sendiri berbasis apa yang ada di sekitarnya. Sehingga, nanti para petani pun bisa mengetahui komposisi apa saja yang diperlukan dalam mengembangkan pakan ternak alternatif yang tetap membuat ternaknya sehat dan efisien.
Prof Ahmad menjelaskan, selanjutnya bentuk tranfers teknologi ini akan disampaikan dengan bentuk training dan pengembangan.
“Pengembangan artinya misalnya petani punya resourch kulit kacang, jagung dan sebagainya. Itu formulanya paling baik seperti apa, itu kan perlu dilihat dulu,” urainya.
Sedangkan di Bondowoso ada sejumlah bahan yang berpotensi sebagai bahan pakan ternak alternatif. Seperti singkong, yang tinggi sekali, tapi pemanfaatan untuj pakan rendah sekali. Padahal singkong punya potensi besar sebagai pakan, baik kulit dan daun hijaunya.
Kemudian potensi lain yakni jagung, dan padi. Di samping itu, juga tanaman besar, misalnya sengon, lantoro dan lain-lain.
“Tinggal bagaimana caranya menyiapkan itu semua agar pakan ternaknya bagus,” katanya.
Sementara itu Prof Danis Poppi menerangkan, pemerintah Indonesia memiliki program besar terhadap pengembangan ternak. Sebab di Bondowoso ini kebanyakan tanah kering, sementara untuk tanaman pangan kurang. Tetapi, untuk kemungkinan sumber pakan sangat besar, seperti singkong, kacang, lantoro dan lain-lain.
“Ada potensi besar di Bondowoso untuk dikembangkan jadi pakan ternak,” urainya.
Kabid Kesehatan Hewan, Kesmavet, dan P2HP (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Dinas Pertanian Bondowoso, Cendy Herdiawan mengatakan, transfer teknologi untuk pakan ternak alternatif ini diharapkan bisa turut membantu mengefisiensi biaya pakan.
“Paling tidak transfer teknologi untuk pakan yang selama ini kesulitan terbesar peternak adalah pakan,” terangnya. (roy/sal)