Jember – Tim pengabdian masyarakat Politeknik Negeri Jember (Polije) bersama dosen jurusan Kesehatan Prodi Rekam Medik membantu remaja di SMK Farmasi Jember agar tidak terjadi Anemia. Kegiatan tersebut didukung oleh segenap guru SMK Farmasi Jember, beberapa waktu yang lalu.
Menurut Indah Muflihatin, S.Si.T, salah satu tim pengabdian masyarakat Polije, remaja putri adalah calon ibu di masa yang akan datang. Oleh karena itu asupan gizi pada masa remaja sangatlah penting. Selain itu, pada masa inilah remaja putri mengalami menstruasi awal dalam hidupnya.
“Dalam hal ini, menuntut kebutuhan zat besi yang banyak. Dari sisilah mengapa remaja rentan untuk terjadi anemia,” ungkap Indah Muflihatin.
Sedangkan menurut Selvia Juwita Swari, SKM.,M.Kes, tim yang lain, salah satu untuk mengetahui apakah remaja itu mengalami anemia yaitu dilihat dari kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dengan cara melakukan pengukuran Hb pada remaja dan melakukan pemberdayaan kepada guru SMK Farmasi yaitu dengan sosialisasi tentang SAS (Screening Anemia System).
“Tujuannya agar guru di SMK Farmasi bisa memantau perkembangan muridnya, apakah ada yang mengalami tidak anemia, anemia ringan atau berat, bahkan kadar hb yang berlebih.
Harapannya kedepan, ketika remaja sudah tidak ada yang mengalami anemia, saat menjadi ibu hamil akan sehat dan bebas anemia. Ini secara tidak langsung dapat mencegah perdarahan dan mencegah kematian ibu,” bebernya.
Rusli – Waka SMK Farmasi mengatakan, pihaknya sudah menjalankan program dari Dinas Kesehatan untuk memberikan tablet Fe (tablet penambah darah) ke murid putri. “Pelaksanaan program ini sudah berjalan selama kurang lebih 3-4 bulan,” jelasnya.
Sedangkan Andri Permana W, ST.,MT, tim Polije lainnya menjelaskan, anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan.
“Faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk,” ungkap lelaki berkacamat ini.
Lanjut Andri, meski anemia disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).
“Di negara berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya,” beber Andri diamini oleh dua rekannya.
Kekurangan zat besi lanjutnya, dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja.
“Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi,” pungkasnya.(ami)