
Jember- PT Holcim Indonesia terus berinovasi. Jember termasuk kota yang dibidik dalam penetrasi pasarnya. Inovasi terkini adalah Holcim Mortar.
Head of Customer Marketing PT Holcim Indonesia Tbk, Johanna Daunan menjelaskan, Holcim Pasangan, merupakan produk untuk aplikasi pasangan bata ringan. Dengan Formula Micro Filler Particle pada produk ini mampu menghasilkan daya rekat lebih kuat dan lebih cepat kering sehingga hasil akhir dinding lebih kuat dan pekerjaan lebih cepat selesai.
Holcim Plesteran, adalah produk untuk aplikasi plesteran. Dengan Formula Micro Filler Particle pada produk ini mampu menghasilkan daya sebar lebih luas serta lebih pulen dan rekat sehingga pekerjaan plesteran lebih efisien, lebih mudah dan tidak banyak sisa yang terbuang.
Sementara Holcim Acian, ialah produk untuk aplikasi acian. Dengan Formula Micro Filler Particle pada produk ini mampu menghasilkan warna dinding yang lebih terang dan lebih halus sehingga dapat langsung dilakukan pengecetan tanpa plamir serta menghasilkan dinding yang sempurna tanpa retak.
“Saat ini produk Holcim Mortar telah tersedia di beberapa area di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur hingga merata di seluruh pulau Jawa,” kata Johana, saat di Jember (14/11/2018).
Ada yang menarik dalam launching Holcim mortar di Jember, yakni kehadiran pakar bangunan tahan gempa dari Universitas Indonesia.
Untuk membuat bangunan tahan gempa tidak sulit. Kuncinya hanya pada detail khususnya sambungan antara tiang dan balok. Demikian salah satu penjelasan yang disampaikan Dr Ing Josia Irvan Rastandi, Pakar Gempa Universitas Indonesia (UI) di Meotel Hotel Jember.
Menurutnya, di era keterbukaan informasi saat ini, petunjuk teknis membuat bangunan tahan gempa sudah banyak dan sangat mudah didapat. Tetapi faktor ketidak tahuan membuat banyak masyarakat yang tidak memanfaatkannya.
Josia mengungkapkan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk membangun bangunan tahan gempa juga masih kurang. Selain faktor ketidaktahuan, adakalanya memang disengaja dengan tujuan untuk menekan cost. Padahal penambahan cost ini hanya berkisar antara 05, hingga 1 persen. Jumlah tersebut relatif sangat kecil dibanding dampak yang diakibatkan.
Saat terjadi gempa, bangunan yang roboh kebanyakan adalah rumah tinggal dengan kualitas bangunan rendah. Jumlahnya kurang dari 5 persen dari total bangunan yang ada di lokasi gempa.
“Hal ini mengindikasikan, apabila standar mendirikan sebuah bangunan diikuti maka sangat besar kemungkinan bangunan akan selamat. Untuk itu detail pembangunan dan kualitas bahan yang digunakan harus diperhatikan,” pungkasnya.(sal)