Jember – Susu merupakan hasil dari peternakan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Pengembangan agribisnis persusuan diharapkan dapat mencukupi kebutuhan konsumsi susu dalam negeri.
Berdasarkan outlook susu, diketahui bahwa produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi tidak lebih dari 21% dari konsumsi susu nasional, 79% sisanya diperoleh dari impor. Sehingga hal ini sebenarnya dapat dijadikan peluang bagi UKM Susu Segar untuk semakin dapat mengembangkan kegiatan usahannya.
Nita (31) salah satu pelaku usaha susu segar di Desa Rembangan sekaligus mitra kegiatan mengaku mengembangkan usaha susu segar ini dapat dibilang susah-susah gampang.
“Usaha saya ini merupakan usaha turun temurun sejak tahun 1998 oleh Bapak, usaha ini sempat naik turun bahkan sempat sama sekali tidak produksi karena sapinya habis dijual. Kami juga tidak paham uangnya lari kemana karena memang tidak ada catatannya, tidak tahu besarnya untung atau rugi,” ujarnya.
Nita menyampaikan, sekarang tambah banyak produk-produk susu segar dengan kemasan yang menarik di pasar, tapi produk susu segar saya begitu-begitu saja, kadang produk ini hanya dibungkus dengan plastik kiloan dan ditali begitu saja.
Menanggapi permasalahan tersebut, tim Pengabdian kepada Masyarakat Polteknik Negeri Jember (POLIJE) yang terdiri dari Uyun Erma Malika, S.TP, M.P dan Berlina Yudha Pratiwi, S.E, M.SA, Ak turun langsung memberikan pendampingan.
Uyun menjelaskan, upaya pengembangan UKM susu segar memang tidak cukup jika hanya dilakukan melalui perbaikan pada aspek budidaya sapi perah atau produksi susu segar saja.
“Aspek manajemen juga sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan suatu usaha seperti halnya pada UKM susu segar, baik dari manajemen keuangan atau pembukuan hingga manajemen pemasarannya,” kata Uyun yang juga Dosen Prodi Manajemen Agribisnis Polije.
Sementara itu Berlina yang juga Dosen Prodi Akuntansi Sektor Publik Polije menambahkan, sebenarnya keterampilan dalam penyusunan laporan keuangan atau pembukuan yang mudah untuk diterapkan pada UKM yaitu dengan metode SAK-ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik).
Metode ini dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
“Sehingga SAK-ETAP dapat lebih fleksible dalam penerapannya, serta juga dapat membantu dan memudahkan UKM dalam upaya meningkatkan keterampilannya dalam menyusun pencatatan keuangan,” terang Berlina.
Oleh karena itu, lanjut Uyun, sebagai bentuk Pengabdian kepada Masyarakat yang merupakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tim pengabdian juga memberikan pelatihan tentang pengemasan produk dan juga memberikan set alat pedal sealer yang dimodifikasi dengan meja ergonomis sehingga dapat mempermudah mitra dalam melakukan pengemasan susu segar secara praktis, ekonomis dan lebih menarik.
“Kemasan yang praktis, ekonomis, dan menarik akan sangat berpengaruh terhadap daya jual dan bargaining position produk di pasar,” pungkas Uyun. (uy/sal)