Oleh: Wilda Maria Ulfa, Mahasiswi Politeknik Statistik STIS Jakarta

OPINI

Kopi Kayumas: Kualitas Internasional dari Kota Santri

By adminsal

October 10, 2019

Oleh: Wilda Maria Ulfa, Mahasiswi Politeknik Statistik STIS Jakarta

Tak kenal malam ataupun pagi, secangkir kopi saat ini sudah jadi trend yang tak terhindari, Namun tahukah Anda bahwa kopi dalam perekonomian Indonesia turut meyumbang banyak kontribusi? Dirilis Badan Pusat Statistik, subsektor perkebunan yang didalamnya terdapat komoditi kopi memberi kontribusi sekitar 3,47 persen dalam PDB. Hal ini menjadikan subsektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar di sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian.

Di Indonesia, terdapat lima provinsi yang menyandang gelar produsen kopi terbesar. Salah satunya adalah Jawa Timur.

Menempati posisi kelima setelah Sumatera Utara, provinsi dengan ibu kota Surabaya ini memberi kontribusi sebesar 9.73%. Angka ini setara dengan 64,9 ribu ton kopi yang diproduksi pada tahun 2017. Situbondo, salah satu kabupaten di Jawa Timur turut menyumbang produksi besar tersebut. Lewat Kopi Kayumas, kota santri itu mempunyai potensi besar yang dapat dikembangkan untuk menyumbang devisa negara.

Mengenal Perkebunan Kopi Kayumas

Perkebunan kopi Kayumas terletak di Kecamatan Arjasa, sekitar 47 km dari kota  Situbondo. Perkebunan ini terletak di ketinggian 760-1550 m dari atas permukaan laut. Bermula di tahun 1886 dengan nama NV Mijt, perkebunan ini merupakan kebun kopi arabika dan beberapa tanaman kina. Sempat berubah nama menjadi Van Ladem Kayumas, di tahun 1958 perkebunan ini dinasionalisasikan menjadi Pusat Perkebunan Negara Baru.

Saat ini, Perkebunan Kopi Kayumas berada di bawah pengelolaan PTPN XII. Dengan menggunakan merek dagang Java Coffe Kayumanis, perkebunan ini menyumbang komoditas kopi arabika. Selain itu, perkebunan ini juga sedang gencar mengembangkan budidaya kopi luwak sebagai produk unggulan.

Mencapai 1.500 hektar, 80 persen Perkebunan Kopi Kayumas ditanami kopi jenis Arabica dan sisanya adalah kopi Robusta. Pengelolaan perkebunan ini dilakukan oleh kelompok tani. Didik Suryadi, Ketua Kelompok Tani Sejahtera di Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa, mengatakan jika masih ada ribuan hektar lahan di Desa Kayumas yang masih bisa dikembangkan lagi.

Pengelolaan perkebunan ini pun telah teruji kualitasnya. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Situbondo, Farid Kuntadi menyebutkan bahwa 41,8 hektare hamparan tanaman kopi di Desa Kayumas telah mendapatkan sertifikat organik. Tentu diharapkan sertifikat ini dapat meluas ke lahan lainnya, karena jika perlakuan tanaman kopi secara organik berhasil, kualitas kopi akan tetap terjaga.

Berkualitas Internasional

Kopi Kayumas merupakan kopi jenis arabika yang memiliki aroma dan cita rasa yang khas. Aromanya kuat seperti gula aren. Sedangkan sensasi rasa nutty dan sedikit rempah menjadi salah satu ciri arabika kayumas ini. Selain itu, jenis arabikanya menjadikan kopi ini memiliki kadar kafein yang lebih rendah sehingga  cocok unutk orang yang menderita asam lambung. Karakter unik inilah yang menjadikan Kopi Kayumas banyak digemari hingga kancah internasional.

Kopi yang dikelola secara organik dan turun-temurun sejak jaman Belanda ini telah meraih banyak prestasi. Berawal dari gelar juara di Festival Kopi di Bali, nama kopi ini mulai melejit. Kopi ini juga melabeli Juara I Kopi Nasional 2010 sebagai Kopi Arabika. Lalu, pada 2016 mendapatkan Juara I Dunia pada Kopi Luwak.

Menterengnya Kopi Kayumas membuat banyak unit-unit usaha semakin gencar memasarkan produk ini, Waroeng Kopi Kayumas adalah salah satunya. Unit usaha pedesaan ini sudah memulai usaha produksi sejak 2008. Melalui banyak sepak terjang, akhirnya pada 2018 Waroeng Kopi Kayumas dapat membawa Kopi Kayumas ke pasar internasional. Pencapaian ini tersalurkan lewat ajang Archipelago Exhibiton (Archex) di Negara Jiran, Malaysia.

Tak berhenti disitu, lewat Koperasi Serba Usaha (KSU) Surya Abadi Kayumas, Kopi Kayumas berhasil diekspor ke Amerika Serikat. Dengan dukungan PT Indokom Citra Persada Sidoarjo, pemda, dan perhutani, sebanyak 44.400 kilogram kopi berhasil dikirimkan. Kopi yang diproduksi telah memenuhi standar fairtrade untuk diekspor. Kesuksesan ini pun dijadikan Samsul Widodo, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), menjadikan KSU sebagai contoh yang akan direplikasi di 122 daerah tertinggal. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan ‘Gerakan Ekonomi Rakyat’ di tempat-tempat lain untuk mengembangkan produk unggulan daerahnya masing-masing.

Perlu Dukungan Lebih

Tercapainya prestasi bukannya tanpa usaha, melainkan akumulasi dari jerih, payah dan doa. Geliat panjang unit-unit usaha produsen Kopi Kayumas kompak bersuara; butuh dukungan lebih dari pemerintah.

Didik Suryadi, Ketua Kelompok Tani Sejahtera di Desa Kayumas mengaku pemda setempat telah banyak mempromosikan lewat digelarnya festival kopi. Namun,  saat ini promosi sudah kembali mengendor. Selain itu, dorongan pemerintah juga diharapkan berkesinambungan kepada petani kopi. Pemerintah diharapkan membantu mengedukasi petani kopi dalam hal pemasaran. Sehingga petani tidak hanya menjual kopi dalam bentuk gelondongan ataupun biji, namun juga dalam bentuk seduhan atau olahan.

Unit-unit usaha produsen Kopi Kayumas juga harus melihat perkembangan saat ini. Coffe shop yang menjamur bisa dijadikan media memperkenalkan Kopi Kayumas ke kalangan anak muda. Selain itu, pemerintah juga diharapkan suportif dalam mengembangkan Kopi Kayumas sehingga dapat lebih banyak berkontribusi untuk pendapatan negara.

Nama Kopi Kayumas sudah tenar, tinggal dukungan kita sebagai masyarakat  yang diperlukan. Membeli produk negeri sendiri tidak membuatmu kurang trendi. Ayo dukung produk dalam negeri!