– Sebagai media pengenalan jiwa ecopreneurship di Pondok Pesantren Ibnu Katsir Desa Kemuning Lor Arjasa Jember
Jember- Pendidikan yang berbasis lingkungan merupakan salah satu cara pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam menjaga serta memberdayakan alam dengan baik. Pembelajaran yang berbasis lingkungan akan meningkatkan sikap peduli lingkungan dibandingkan dengan pendekatan eksplorasi.
Ecopreneurship merupakan kemampuan mengelola dan memanfaatkan peluang yang diberikan alam secara kreatif dan inovatif untuk menjadi produk yang memberikan keuntungan secara financial. Hal tersebut merujuk pada keprihatinan terhadap perkembangan kewirausahaan di Indonesia yang diwarnai dengan kecurangan dan hanya memikikiran profit semata.
Oleh karena itu Akademisi Politeknik Negeri Jember (Polije) yang terdiri dari Dr. Ir. Edi Siswadi M.P., Dr. Ir. Kasutjianingati, M,Si, dan Ir. Niniek Wihartiningsih M.P berupaya mendampingi para santri dan siswa di Pondok Pesantren Ibnu Katsir Desa Kemuning Kecamatan Arjasa dalam mengembangkan jiwa Ecopreneurship melalui penerapan teknologi pembuatan asap cair yang Multifungsi dengan berbahan limbah pertanian.
“Limbah merupakan salah satu persoalan pencemaran lingkungan yang masih belum bisa teratasi oleh semua elemen masyarakat sampai saat ini. Salah satu penyebab adalah penumpukan limbah akibat dari aktifitas manusia. Salah satu penerapan teknologi tepat guna untuk mengatasi dampak lingkungan tersebut adalah dengan membakar limbah hasil pertanian menjadi produk yang bermanfaat yaitu asap cair. Asap cair merupakan cairan hasil kondensasi dari asap kayu yang mengalami penyimpanan dan penyaringan untuk memisahkan tar dan bahan-bahan tertentu melalui cerobong pirolisis. Selain kayu, asap cair juga dapat dihasilkan dari bahan lain seperti tempurung kelapa, sabut kelapa, merang padi, bambu dan sampah organic. Pada saat menghadapi adanya wabah virus corona ini, asap cair juga telah banyak dilakukan untuk bahan baku desinfektan dan hand sanitaizer dikarenakan ketersediaan alkohol yang sangat susah,” ujar Edi Siswadi Ketua tim pengabdian di Desa Kemuning lor, Sabtu pagi.
Kasutjianingati selaku anggota tim menambahkan bahwa Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan juga telah sejalan dengan misi dari Desa Kemuning Lor yaitu menggali potensi unggulan desa dengan arah kebijakan Fasilitasi terhadap upaya petani dalam rangka peningkatan produktivitas dan mutu produk pertaniannya. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian mulai dari tahap persiapan yang teridiri atas kegiatan analisis situasi dan persiapan alat bahan serta uji operasi alat.
Tahap kedua dilanjutkan dengan diseminsi teknologi antara lain pembuatan asap cair dan produk turunannya serta penumbuhan jiwa wirausaha dan pemasaran. Tahap terakhir dari kegiatan ini adakah monitoring dan evaluasi serta pendampingan berkelanjutan.
Sementara itu Niniek Wihartiningsih menambahkan, melalui kegiatan ini diharapkan para peserta memiliki kompetensi dibidang kewirausahaan dan berkompeten dalam pembuatan produk yang kreatif serta edukatif dalam mengelola limbah pertanian. Kompetensi dalam bidang kewirausahaan misalnya berkaitan dengan kemampuan mencari peluang usaha, menentukan pangsa pasar yang tepat dan menganalisa usaha.
“Sedangkan kompetensi dalam pembuatan produk yang kreatif dan edukatif misalnya dapat mengolah limbah pertanian menjadi asap cair dan mengolah menjadi beberapa produk yang fungsional baik untuk bidang pertanian maupun kesehatan,” kata Niniek.
Pada waktu yang bersamaan, Mohammad Farchan selaku kepala di Pondok dan SMA Ibnu Katsir mengungkapkan, bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan sangat bermanfaat sekali dalam mengembangkan jiwa ecopreneurship bagi para santri atau siswa.
“Hal tersebut menjadikan para santri atau siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pengabdian ini dan berharap akan ada program pendampingan yang berkelanjutan melalui penambahan instalansi untuk produksi asap cair grade A dan pendampingan pengolahan produk turunan yang lainnya,” pungkas Mohammad Farchan.